Berita Pokerintan, Masker dianggap sebagai solusi melindungi diri dari polusi udara. Bagi warga terdampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan, masker menjadi 'perkakas' penting yang harus dimiliki.
Melihat asap yang semakin pekat, sebagian orang menyarankan untuk menggunakan masker basah. Masker yang digunakan dalam kondisi basah ini dipercaya lebih efektif menangkal polutan. Benarkah demikian?
Sesungguhnya tak ada yang salah dengan penggunaan masker basah. Hanya saja, penggunaan musti memperhatikan beberapa konsekuensi yang diakibatkan.
"Konsekuensinya, debu-debu bisa cepat menutup pori pada masker. Orang lama-lama jadi susah bernapas," kata Faisal, Kamis (19/9).
Selain itu, karena cepat tertutup oleh debu, maka masker harus diganti secara rutin sesuai kondisi. Jika masker tak cepat diganti, kata Faisal, penggunanya akan mengalami kesulitan bernapas dan mulai mencari rongga udara lain-baik di sisi kiri atau kanan masker-untuk menghirup udara.
"Kalau seperti ini, sama saja, dong, udaranya [yang terhirup] enggak tersaring," kata Faisal.
Polusi udara seperti kabut asap karhutla dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Udara yang tercemar ini utamanya menyerang saluran pernapasan.
No comments:
Post a Comment