Berita Pokerintan, Aster (nama disamarkan) bercerita dengan suara lirih kala mengingat pengalaman pahit yang ia alami akibat kosmetik ilegal. Kedua betisnya yang dulu mulus, kini dipenuhi stretch mark setelah 6 bulan menggunakan losion pemutih abal-abal.
Tuntutan untuk berpenampilan menarik di lingkungan kerja serta iming-iming kulit putih instan membuat perempuan berusia 24 tahun itu nekat membeli kosmetik tanpa merek.
Beberapa hari setelah pemakaian pertamanya pada bulan Juni lalu, warna kulit kaki Aster mulai berubah menjadi putih pucat. Perubahan ini tidak sesuai harapan Aster yang menginginkan kulit putih bersinar. Namun kala itu dia masih berpikir positif dan menduga perubahan warna itu hanya efek awal saja.
Pada bulan kedua bintik-bintik merah dan stretch mark muncul di sekujur kaki dan tangannya. Namun Aster masih tak ambil pusing.
"Di bulan pertama itu nggak ada gejala, tapi di bulan kedua mulai ada bintik-bintik kecil. Tapi aku nggak menghiraukan sih karena aku pikir itu efek alergi seafood biasa," jelasnya.
Kecurigaannya bertambah saat Aster beraktivitas di luar ruangan, bintik-bintik merah tersebut semakin terlihat jelas bahkan mengeluarkan air.
Di bulan ketiga pemakaian, Aster merasakan kulitnya menjadi panas, gatal, dan muncul luka-luka berwarna merah. Hingga di bulan keempat stretch mark berwarna merah mengelilingi paha dan betis Aster.
"Aku waktu ada stretch mark nggak ambil pusing ya, soalnya aku pikir efek dulu kurus lalu jadi gemuk. Tapi kok makin lama itu beda karena stretch mark nya itu di bagian betis itu seperti ada darah yang keluar gitu jadi nyeri," lanjutnya.
Perempuan asal Jepara itu mengaku, ia tertarik membeli losion pemutih itu setelah melihat seorang selebgram mempromosikan produk tersebut.
"Pertama itu dari selebgram, pokoknya dia itu promosinya begitu, dan sampai sekarang toko itu masih ada masih laris," lanjutnya.
Terlebih harga yang ditawarkan relatif terjangkau dibandingkan produk di klinik dokter langganannya.
"Memang kan harganya lebih murah cuma Rp150 ribu satu botol dan cepat lagi putihnya. Kalau di dokter aku nggak dapet harga segitu dan putihnya lebih lama," tutur Aster.
Namun, harga yang terjangkau ternyata tak sebanding dengan kesehatan kulit Aster. Setelah melihat perubahan yang fatal pada tubuhnya, Aster lantas memberhentikan pemakaian lotion di bulan ke enam lalu memeriksakannya ke dokter kulit langganan.
Nahas, dokter tak bisa menyembuhkan apalagi mengembalikan kulit Aster seperti semula.
Menurut dokter, kandungan steroid pada losion tersebut telah merusak jaringan kulit Aster hingga menimbulkan stretch mark yang parah.
"Aku akhirnya konsultasi sama dokter yang biasa menangani aku, katanya 'ini sudah enggak bisa disembuhkan lagi lho, obat yang saya kasih itu tidak bisa membantu semua, ya nanti seumur hidup kulit kamu seperti itu'," kata Aster.
Kini, demi menyamarkan stretch mark di kakinya, berbagai cara dilakukan oleh Aster. Termasuk harus merogoh kocek lebih dalam untuk berkonsultasi dan membeli resep dokter.
"Aku ngeluarin biaya banyak ya untuk treatment sama dokter itu. Kalau dibelikan losion mungkin bisa dapat sepanci gede. Cuma aku sudah treatment dengan dokter, apapun deh aku lakukan namun ya enggak bisa hilang," ungkapnya.
Aster berharap ia menjadi korban terakhir yang terjerumus dalam kosmetik ilegal. Ia juga berpesan agar masyarakat tak tergiur dengan hasil instan yang dipromosikan oleh online shop juga selebgram-selebgram yang tak bertanggung jawab.
Kasus lain dialami korban endorsement kosmetik lainnya, Alma Talitha. Alma yang awalnya tergode endorsement dari influencer di Youtube, memutuskan untuk membeli produk skin care seharga Rp800 ribu.
Efeknya dalam 5 hari kulitnya mengelupas. Dia sempat menduga pengelupasan terjadi karena dalam proses berganti kulit baru, namun ternyata dugaannya salah.
“Ternyata malah pecah, breakout gitu, terus jerawatan, beruntusan di jidat, di hidung semuanya, terus kayak berdarah gitu dekat mulut,” ujarnya.
Setelah kondisi wajahnya semakin parah, Alma memutuskan berhenti menggunakan skin care tersebut. Beruntung sepekan setelahnya kulit Alma kembali normal.
Beda lagi dengan kasus korban lainnya, Irish Tamzil. Irish mengaku tertarik dengan kosmetik yang di-endorse oleh salah satu beauty vlogger terpercaya. Sayangnya ternyata produk tersebut justru membuat kulitnya semakin rusak.
“Muka aku mulai keluar bintik-bintik putih komedo, jerawat melenting, terus kemerahan,” ujar Irish, Rabu (19/12).
Irish kemudian berkonsultasi ke pusat layanan produk tersebut via online serta mengirimkan foto-foto wajahnya yang penuh luka. Namun pihak produsen menyebut apa yang dialami Irish adalah bagian dari proses detoks.
“Dia bilang: tenang saja dear ini tuh detoks ini tuh enggak apa-apa kok, ini tuh ngeluarin semua racunnya jadi memang harus jerawat dulu tunggu saja ya 2 minggu,” kata Irish.
Namun dia tak lantas percaya karena jerawat di wajahnya tak kunjung kempes. Irish bahkan mengaku sempat nyaris putus asa dan tak mau lagi menggunakan produk apapun. Sayangnya jika tak dilakukan tindakan lain, kondisi kulitnya tidak juga membaik.
“Pelajaran yang bisa aku ambil dari ini sih untuk love yourself more lah. Karena terlalu mudah percaya skin care dampaknya nggak sepositif itu, karena setiap muka orang kondisinya beda-beda,” katanya.
No comments:
Post a Comment